Tulisan ini bermula ketika beberapa waktu yang lalu, saya mem-posting foto di path dengan caption “Ceritanya baru mo belajar.. Tapi kok malas yaa.. Hahahahaha.. Banyak cobaan nih..”. Lalu mulailah saya kebanjiran pertaanyaan. Wah belajar lagi nih? Sekolah dimana? Kok bisa sekolah lagi? Prosedurnya gimana? Ngambil jurusan apa? Gimana belajarnya? Apa aja yang dipelajari? Dan sebagainya dan sebagainya…
Kisah sekolah inipun bermula ketika awal tahun ini saya mulai kepikiran untuk ambil S3. Si kicik yang udah masuk sekolah dan udah bisa ditinggal-tinggal sebentar, membuat saya jadi terasa “kosong” (caelah!). Saya musti ngapain ya ketika si kicik sekolah? Setelah gugel sana sini dan minta izin ama Encik Suami, yang paling enak ya sekolah lagi.
Akhirnya saya menghubungi dosen pembimbing sewaktu S2 dulu. Kebetulan untuk saat ini beliau belum ada projek yang bisa diberikan. Tapi beliau mengajak saya untuk membuat projek baru dan mencoba untuk sama-sama membuat proposal dan mengirimkannya ke beberapa pemberi grant. Dengan catatan saya harus jadi RA (Research Assistant) beliau dan musti bekerja di kampus 9 to 5.
Waduh! Mulai kepikiran si kicik nih. Berarti harus masukin Kicik ke sekolah full day dong? Mulailah pikiran emak-emaknya berjalan. Makan siangnya gimana? Bobo siangnya? Snack sorenya? Apa si Kicik nanti gak rindu ama bubunnya? Apa saya harus mengorbankan waktu bersama dia hanya untuk memenuhi ambisi saya?
Hmmm.. Ya akhirnya saya tolaklah tawaran si ibu dosen yang cantik nan baik hati ini. Dengan berat hati saya katakan kalau saya belum siap untuk meninggalkan si Kicik. Saya kubur dulu mimpi Phd saya kali ini. Jika saatnya tiba, Insya Allah akan saya kejar kembali. Itu yang saya katakan kepada Beliau. Semoga saja beliau belum kapok kerja sama dengan saya. (Aamiin.. Aamiin..)
Tapi kemudian gejolak belajar yang menggebu-gebu ini kok bukannya makin padam tapi malah makin berkobar ya? Berbekal tanya sana sini, gugel sana sini, diskusi sana sini akhirnya jatuhlah pilihan saya ke Islamic Online University, sebuah universitas Islam yang berbasis di Gambia dengan pendiri Dr. Bilal Philips. Yey!
Dan ternyata IOU menawarkan free course! Alhamdulillah.. Untuk urusan persekolahan ini, saya memang tidak mau mengganggu urusan “dapur” di rumah. Maklum kami belum punya budget lebih untuk bisa menyekolahkan saya kembali. Berbekal jaringan internet di rumah yang super kenceng ini, saya pergunakan untuk mengikuti perkuliahan di IOU dan mengambil jurusan Islamic Studies. Walaupun hanya setara Diploma, tapi saya yakin saya bisa mendapatkan banyak manfaat dari sini. Bukankah tujuan kita belajar adalah untuk menambah ilmu? Bukan hanya sekedar kebanggaan mendapatkan titel? Dan ilmu yang saya dapat ini, Insya Allah bisa berguna tidak hanya untuk saya tapi juga untuk si Kicik dan Encik Suami.
Ada 6 level yang ditawarkan oleh IOU dengan total 35 mata kuliah. Agak keliyengan sih kalau harus menyelesaikan semuanya. Maklum otak semakin melambat. Setelah telisik lebih jauh, untuk bisa mendapatkan sertifikat Diploma ini hanya dibutuhkan 24 mata kuliah yang lulus dengan nilai minimum 80%. Selama proses perkuliahan berjalan kita tidak perlu membayar apa-apa tetapi jika kita ingin mendapatkan ijazah, ada sejumlah biaya yang harus kita bayarkan. 100USD untuk sertifikat dan tambahan 10USD untuk transkrip resmi. Murah ya?
IOU sendiri sebenarnya menawarkan banyak program lainnya, sayang yang gratis hanya jurusan ini. So far, saya cukup puas dengan kelas-kelas yang saya ikuti. Modul diberikan secara lengkap, ada rekaman video atau suara yang bisa kita streaming atau download untuk mendengar kuliah langsung dari para dosen, dan layaknya kampus lain ada sesi kuis dan final exam untuk menguji kemampuan kita.
Doakan saya bisa cepat lulus ya!
Love,
Bubunnya Aqeelaa
Aamiin..semoga dimudahkan… dan bisa cepat lulus pada waktunya..
Semangat mbaaa!
Makaaasiiihh ut.. :*
Wah, makasih Mbak infonya, saya dulu pernah kuliah di salah satu universitas Islam tapi putus tengah jalan karena ortu sakit. Sudah lama pengen lanjut studi tapi kepentok biaya ^_^