Menjelajahi Pesona dan Kelamnya Gunung Merapi

Hampir 10 tahun tinggal di luar negeri, membuat saya lebih menghargai dan mencintai negeri 1000 pulau ini. Kekayaan pesona Indonesia banyak memikat mata dunia dan menjadikannya salah satu destinasi wisata. Laut dan pantai dengan terbit dan terbenamnya sang cakrawala selalu dikejar para pengejar matahari. Gunung dan bukit hijau yang kerap dijadikan tempat mengeksplorasi kekayaan hutan hujan tropis. Ragam kuliner dengan cita rasa rempah khas Indonesia yang tidak akan dijumpai di tempat lain. Ya begitulah Indonesia.

Setiap tahun, kami sekeluarga akan selalu berusaha untuk berlibur ke Indonesia. Selain rindu dengan keberagaman kulinernya, kamipun rindu dengan atmosfir masyarakat Indonesia yang ramah. Berbagi sedikit rezeki dari negeri seberang untuk bisa membantu masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari para wisatawan.

Bulan April yang lalu, kami bertandang ke Jogja. Kota asri nan bersahaja ini merupakan salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Salah satu tujuan utama kami ke Jogja adalah ingin menelusuri tragedi erupsi Gunung Merapi pada Oktober 2010 silam.

Menggunakan mobil sewaan, dimulailah perjalanan kami ke kaki Gunung Merapi. Perjalanan dari pusat kota Jogja ke Museum Gunung Api Merapi memakan waktu sekitar 1 jam. Setibanya di depan museum, kita dapat melihat langsung beberapa Jeep terpakir rapi dan siap melayani para pengunjung yang ingin merasakan sensasi Tour Merapi.

Awalnya kami agak khawatir membawa si kicik yang kala itu masih berumur 2 tahun. Tetapi, para pemandu Jeep meyakinkan bahwa tidak ada masalah jika ingin membawa anak.

 

20160405_030937800_iOS

Jeep yang kami gunakan

Untuk Tour Jeep Merapi, harga yang ditawarkan cukup beragam. Mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 600.000. Semuanya bergantung dengan seberapa banyak tempat yang ingin kita kunjungi.

Perjalanan dimulai dengan melewati rumah penduduk di sekitar Museum Gunung Api Merapi. Jalanan beraspal yang naik turun membawa kami mulai masuk ke jalanan berlubang, tanpa aspal dan berbatu. Tempat pemberhentian kami yang pertama adalah Museum Sisa Hartaku.

20160405_020538600_iOS

Pilunya kisah para korban

Museum Sisa Hartaku menceritakan kisah tragedi ini secara nyata. Dengan menampilkan sisa-sisa harta para penduduk lereng Gunung Merapi, terasa suasana yang cukup kelam dan kesedihan yang memuncak ketika melihat semua berubah menjadi berwarna kelabu. Mulai dari meja, kursi, alat masak, TV, kendaraan hingga tulang belulang hewan ternak dipamerkan disini.


20160405_020552320_iOS

 

20160405_020647120_iOS

 

20160405_021116640_iOS

 

20160405_021307840_iOS

 

Pemberhentian kami yang kedua adalah batu alien. Saya sempat kebingungan mengapa mereka menyebutnya batu alien. Konon batu ini adalah salah satu batu yang menggelinding dari puncak Merapi dan tertancap di lokasi ini. Sebelumnya, mereka menyebut lokasi ini sebagai Batu Alihan, alihan dari gunung Merapi ketika meletus. Tetapi jika dilihat lebih seksama, kita akan melihat sebuah wajah terukir di batu ini. Oleh karena itu, warga sekitar mempelesetkan batu alihan ini menjadi batu alien hingga dikenal sampai sekarang. Apa yang menarik dari tempat ini adalah pemandangan yang mempesona. Sangat cocok untuk dijadikan tempat mengambil momen indah bersama keluarga dan sahabat (atau pasangan). Beralaskan bebatuan dengan lanskap yang breathtaking.

 

20160405_022757100_iOS

Batu alien yang unik

 

20160405_022913260_iOS

Si kicik yang bahagia melihat pemandangan indah dari sini

 

Menghabiskan waktu hampir 30 menit di batu alien, kami melanjutkan perjalanan ke bunker Kaliadem. Bunker inipun memiliki kisah kelamnya tersendiri. Masuk dan menjelajahi bunker yang becek dan lembab, sedikit membuat bulu roma saya naik. Walaupun begitu, ntah kenapa bunker ini justru mempunyai ke-eksotisan sendiri di mata saya. Jika kita berjalan di bagian atas bunker, kita bisa mengintip puncak Merapi dari kejauhan. Another mesmerizing spot for photography.

 

20160405_030110360_iOS

Bunker Kaliadem dengan sejuta kisahnya

 

Nah, pit stop terakhir ini adalah lokasi yang paling menarik dan seru. Kita bisa merasakan sensasi cipratan air gunung yang dingin membasahi seluruh tubuh tanpa terkecuali. Jika kita request untuk berbasah kuyup secara total, sang pengemudi jeep akan menekan gas sedalam-dalamnya dan menampilkan manuver yang seru. Karena kebetulan pada saat itu si kicik malah tidur, kami request untuk tidak terlalu membuat kami basah karena kasian melihat Aqeela yang sangat pules tidurnya. Thanks to the windy and chilly ambience.

Banyak sekali hal-hal menarik yang saya temui selama perjalanan ini. Bagaimana para penduduk lereng Gunung Merapi yang dengan seriusnya menyulap sisa erupsi Merapi menjadi sebuah tempat wisata yang menarik. Bagaimana kerja keras mereka menarik para wisatawan lokal maupun internasional untuk merasakan sensasi berkendara di alam liar. Bagaimana ramah dan informatifnya para pengemudi jeep sehingga banyak sekali kisah, harapan dan mimpi yang mereka uraikan untuk bisa membangun kembali desa mereka.

Menikmati kisah indah dan pilunya Gunung Merapi membuka mata kami bahwa betapa indahnya ciptaan Allah. Ingin rasanya kembali menikmati gunung-gunung di Indonesia bersama suami dan si kicik dan Gunung Bromo adalah salah satu destinasi yang saya impi-impikan sejak dulu. Apalagi jika bisa berwisata kesana dengan tiket pesawat gratis dari Airpaz.

Capture

Mudahnya mencari tiket pesawat murah di Airpaz

Saya baru menyadari bahwa mencari dan membeli tiket pesawat di Airpaz banyak sekali memberikan kemudahan. Pilihan maskapai penerbangan yang cukup beragam dengan harga yang kompetitif. Untuk bisa meraih puncak Bromo, penerbangan dari Kuala Lumpur ke Surabaya dengan Air Asia menjadi pilihan utama kami. Harga tiket yang ramah di kantong dengan servis yang selalu memuaskan dari Air Asia menjadikan kami memilih penerbangan rute Kuala Lumpur-Surabaya.

Competition2016Ads_300x250

9 thoughts on “Menjelajahi Pesona dan Kelamnya Gunung Merapi

  1. wah, dari bencana bisa buat kita merenung ya dan ternyata sekarang bisa jadi wisata dan bisa jadi pemasukan bagi warga sekitar

  2. Saya sudah beberapa kali ikutan Merapi Lava Tour, tapi sama sekali belum pernah dapat momen Merapi cerah. Jadi selalu ketutupan kabut. Pengen juga ngajakin anak kesini, tapi masih 18 bulan. Nunggu gedean dikit lah.

    Btw ini kunjungan perdana, mbak. Salam kenal 🙂

    1. Salam kenal mba Elisabeth. Kebetulan saya kemarin juga agak sedikit tertutup kabut itu. Hihihihi…
      Tapi bahagia banget kemaren soalnya si kecil bisa melihat alam secara langsung. Ntar anaknya gedean dikit, bisa ya diajak tur jeep ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.